Alhamdulillah akhirnya Fitry duduk juga di bangku SDIT. Setelah libur panjang yang menurutnya membosankan, akhirnya ia kembali masuk sekolah. Menjelang masuk sekolah, ia sangat antusias dan berharap bisa sekelas dengan sahabatnya waktu di TK, Hanum.
Beberapa hari sebelumnya saya sudah mewanti-wanti jika sekolah di SD itu berbeda di TK. Yang pertama tentu jam masuk sekolah yang lebih awal 30 menit. Kemudian juga cara belajar yang harus lebih serius serta jam pulang sekolah yang lebih lama, pukul 14.20 WIB. Yang paling penting juga adalah jadwal tidur yang harus lebih cepat dari sebelumnya. Maksimal pukul 10 malam ia harus tidur karena paginya bangun juga harus lebih awal.
Tidak hanya Fitry yang antusias, saya juga karena tidak sabar melihatnya memakai seragam merah putih. Sebelum tidur semua perlengkapan sekolah Fitry sudah saya siapkan. Alhamdulillah ia juga tidur lebih awal.
Jam 4.30 pagi saya sudah bangun, sholat menyiapkan bekal untuk sarapan dan makan siangnya. Sebenarnya sekolah ada catering makan siang, namun karena baru awal jadi catering belum jalan. Saya membuatkan bihun goreng kesukaanny, nasi putih dan telur dadar.
Jam 5.30 Fitry sudah bangun dan tak sabar pergi sekolah. Usai mandi dan sarapan ia tak sabar untuk berangkat meski masih pukul 6.30. Pukul 7 kurang saya mengantarkannya ke sekolah yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah.
Di sekolah sudah ramai orang tua yang mengantarkan anak-anak mereka, begitu juga siswa kelas lainnya. Karena belum ada pembagian kelas, semua siswa kelas satu berbaris di tempat yang sudah disediakan. Dilanjutkan dengan upacara bendera dan pengenalan guru kepada wali murid dan siswa.
Lumayan lama upacara dan pengenalan guru tersebut, sehingga anak-anak khususnya yang masih kelas 1 terpaksa jongkok. Untung kepala sekolah paham dan membiarkan. Saat pembagian kelas anak-anak dipersilahkan istirahat dan duduk di lapangan.
Ada 3 lokal untuk semua kelas. Fitry mengatakan ia ingin sekelas dengan sahabatnya, Hanum. Saya mengatakan semua sudah diatur oleh guru atau ustadzah jadi harus terima di lokal mana saja. Ternyata nama Fitry tidak ada di lokal Hanum. Mereka beda lokal dan Fitry terlihat agak manyun dan saya membujuk jika ruangan kelas mereka sebelahan dan bisa bermain saat jam istirahat.
Selesai pembagian lokal anak anak disuruh masuk kelas masing-masing. Nah saat itulah ada drama. Karena wali kelas meminta perwakilan anak untuk menggunting pita sebelum masuk kelas. Fitry ingin dia yang menggunting pita, tapi gurunya menyuruh siswa laki-laki.
Ia merajuk dan tak mau masuk kelas. Padahal teman-temannya lainnya sudah mengambil posisi di meja masing-masing. Akhirnya dia mau juga dibujuk masuk dan mendapatkan kursi di nomor dua. Mengingat anak sudah kecapekan dan kepanasan saat upacara, wali kelas menutup ruangan yang ber-AC dan orang tua boleh mengintip dari jendela.
Saat itu saya lihat Fitry sudah mulai mood. Ia mau ikut arahan ustadzah untuk sholat dhuha. Ya, meski hari pertama sekolah, proses pengenalan tentang belajar sudah dimulai, salah satunya sholat. Meski hari pertama sekolah jam belajar tetap seperti biasa dan pulang pukul 14.20 WIB.
Mengingat saya juga harus bekerja, akhirnya saya meninggalkan Fitry dan untuk pulang sekolah ayahnya menjemput. Saat di rumah dan saya tanya kesannya sekolah, Fitry bilang capek tapi senang. Alhamdulillah hingga saat ini ia sudah tiga minggu sekolah dan semoga terus semangat ya nak.