Quantcast
Channel: My Verandah
Viewing all articles
Browse latest Browse all 692

Menyusuri Bintan Mangrove dalam Kegelapan Malam Demi Kunang-Kunang

$
0
0
Pintu masuk Bintan Mangrove menuju dermaga
Mau melihat kunang-kunang tidak harus keluar negeri lho. Di Pulau Bintan ada kok, tepatnya di Bintan Mangrove, Sebong Lagoi. Saya berkesempatan ke sana beberapa waktu lalu untuk menikmati keindahan kelap kelip kunang-kunang .

Saya ke sana tahun 2017 lalu bersama sejumlah peserta Famtrip Kementrian Pariwisata. Berkunjung ke Kawasan Bintan Mangrove ini adalah satu agenda famtrip hari kedua di Pulau Bintan. Meski tinggal di Kota Tanjungpinang yang bagian dari Pulau Bintan, saya belum pernah ke objek wisata ini. 

dermaga
Maklum tempat wisata ini berada di dalam kawasan Lagoi dan lebih banyak dinikmati oleh wisatawan asing. Jadi saya sangat beruntung bisa ikut menyusuri hutan mangrove ini meski harus dilakukan di malam hari. Hmm…kebayang kan seru-seru gimana gitu hehehe.

Untuk menyusuri hutan mangrove sepanjang kurang lebih 8 kilometer ini kami harus menaiki boat. Naiknya di dermaga khusus dan di sana kami harus mendaftarkan nama serta mendapatkan life jacket. Lumayan rame saat itu, ada yang baru kembali menyusuri mangrove dan ada yang baru mau turun seperti kami.

Mengenai harga tiketnya saya tidak tahu persis karena yang menghandel panitia. Tapi saya sempat bertanya dengan petugasnya, sekitar Rp 200-250 ribu/orang. Lumayan  ya tapi itu kalau tak salah sudah termasuk asuransi. Di sini ada menjual souvenir juga lho, jadi sambil menunggu giliran turun ke boat bisa belanja dulu.
Ada jual souvenir
Sebenarnya ada rasa deg-degan juga untuk menyusuri hutan mangrove ini pada malam hari. Tahu aja kan mangrove merupakan habitat sejumlah hewan seperti ular, kera dan tentu saja kunang-kunang yang akan kami lihat.

Tapi akhirnya saya mantapkan hati, mengingat entah kapan lagi bisa menikmati wisata ini, gratis pula hahaha. Kami turun sekitar pukul 19.30 WIB dan boat pun mulai menyusuri sungai tersebut. Awalnya lebar dan kemudian agak menyempit. Di perjalanan kami bertemu dengan boat lain yang kembali dari tur.
Berfoto dalam kegelapan malam di atas boat hehehe
Oh ya, boat ini tidak dilengkapi lampu layaknya mobil. Jadi tekong atau yang bawa boat ini hanya menggunakan mata telanjang plus sinar rembulan. Kalaupun sesekali ia menghidupkan lampu  kecil itu untuk melihat alur atau member tanda ke boat lain di depan. Meski deg-degan saya salut dengan tekongnya yang lihai membawa boat di kegelapan malam.

Akhirnya sekitar 20 menit perjalanan kami sampai di kawasan yang katanya merupakan banyak kunang-kunang di sana. Tekong mulai mematikan mesin boatnya dan mata kami mulai jelalatan ke arah peponan. Hanya terlihat sedikit kunang-kunang. Kami mencoba memotretnya tapi tidak terlihat di kamera apalagi kamera smartphone hahaha.
Dermaga dilihat dari sungai
Tekong kemudian mengarahkan boat ke pepohonan yang lebih rimbun lagi dan ternyata memang lebih banyak kunang-kunang di sana. Supaya kunang-kunangnya lebih banyak muncul dan bercahaya, asisten tekong menyiramkan air dan memang tampak berterbangan dan mengeluarkan cahaya. Ada teman yang berusaha menangkapnya.

Saya masih berusaha memotret dengan smartphone tapi hasilnya tetap ga ada. Cuma terlihat bintik bintik di layar hp. Begitu juga dengan teman yang memakai kamera lumayan canggih. Hasilnya juga tidak seperti yang diharapkan.
Tidak kelihatan kunang-kunangnya cuma terlihat  titik-titik cahaya
Akhirnya kami pasrah dan hanya menikmati keindahan kunang-kunang sambil jejeritan seru ketika ada terbang melintas di atas boat.  Sebenarnya boat kami yang merapat dekat ke arah pepohonan yang lebih rimbun hehehe. Namun itu cuma sebentar karena khawatir ada hewan lain yang ikut masuk ke dalam boat, seperti ular pohon hehehe.
Tetap tidak terlihat. Yang penasaran dengan foto kunang-kunang searching aja hahaha
Setelah puas menikmati kunang-kunang kami kembali ke dermaga dengan pengalaman baru dan seru. Meski tidak bisa mengambil fotonya, tapi tetap melekat di memori hehehe.

Bagi saya sebenarnya melihat kunang-kunang ini pernah waktu kecil, tapi tidak sebanyak di Sungai Sebong ini. Paling beberapa aja di dekat sawah belakang rumah. Namun seiring waktu tidak ada lagi dan ternyata saya baru tahu menyusutnya populasi kunang-kunang akibat habitat mereka yang sudah berubah fungsi.
Gelap banget di sekelilingnya
Kunang-kunang itu biasa hidup di daerah lembab, tanah gembur dan bebas polusi. Jadi wajar saja kunang-kunang yang saya lihat waktu kecil itu menghilang karena habitatnya sudah tidak seperti dulu lagi. Maka wajar saja Ekowisata Hutan Mangrove ini pernah mendapatkan penghargaan.

Mau meniru wisata kunang-kunang ini ? yuk mulai jaga habitatnya. Bagi daerah yang punya kawasan hutan mangrove misalnya sebaiknya dijaga atau jangan dialihfungsikan. Karena jika sudah “dirusak” kunang-kunang akan pergi jauh mencari tempat yang lebih nyaman untuk kehidupan mereka atau bahkan bisa musnah, sehingga tidak bisa dilihat lagi oleh anak cucu kita. 

Tentang Kunang-Kunang
Di dalam wikipedia disebutkan kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.

Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan famili dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah di mana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 692