Quantcast
Channel: My Verandah
Viewing all articles
Browse latest Browse all 692

Berwisata ke Kota Tua Jakarta : Inspirasi dari Postingan Instagram Millenial

$
0
0
Alun-alun atau spot center Kota Tua Jakarta

Sebagai pengguna aktif media sosial, salah satunya Instagram saya sering tertarik dengan postingan teman dan pengguna Instagram khususnya tentang tempat wisata. Melihat postingan mereka khususnya para millenial yang berkunjung ke suatu destinasi membuat saya bermimpi suatu saat bisa ke sana.

Salah satu destinasi wisata yang sedang hits adalah Wisata Kota Tua Jakarta. Banyak postingan foto teman dan pengguna Instagram millenial menggunakan hestek #KotaTuaJakarta yang jumlahnya mencapai ratusan ribu. Saya sangat penasaran dengan Kota Tua ini, karena Jakarta merupakan kota yang pernah beberapa kali saya datangi untuk urusan pekerjaan maupun organisasi pada 10 tahun ke belakang.

Nah, waktu itu Kota Tua belum pernah saya dengar. Entah mungkin juga karena media sosial khususnya Instagram belum begitu booming seperti sekarang atau sejak lima tahun lalu. Sehingga, ketika sekarang dengan banyaknya postingan foto pengguna Instagram khususnya para millenial menggunakan hestek #KotaTuaJakarta saya penasaran untuk bisa berkunjung atau berwisata ke sini.
Akhirnya sampai juga di salah satu tempat swafoto favorit millenial di media sosial

Impian akhirnya terwujud ketika saya mengikuti sebuah pelatihan di Bekasi pada Maret 2017 lalu. Saya senang sekali karena berencana akan memanfaatkan waktu setelah pelatihan untuk berwisata di seputaran Jakarta khususnya Kota Tua Jakarta sebelum kembali ke kota saya.

Membuat Rencana Liburan
Untuk mewujudkan liburan singkat di Kota Tua Jakarta, saya melakukan perencanaan dan riset dengan cara browsing tentang objek-objek wisata apa saja yang akan saya kunjungi di sana. Saya harus bisa memperkirakan waktu yang singkat, karena sore harinya sekitar pukul 5 sore saya harus naik pesawat untuk kembali ke Kota Tanjungpinang. Sehingga sekitar pukul 3 sore atau 3.30 sore saya harus sampai di Bandara Soekarno Hatta.

Ternyata Kawasan Kota Tua Jakarta itu luas dan saya membuat rencana berwisata fokus di pusatnya atau spot center Kota Tua Jakarta yang berada di sekitar Museum Fatahillah yang sering terlihat di postingan Instagram.

Setelah mempunyai target tempat atau objek wisata di Kota Tua yang akan dikunjungi, selanjutnya adalah mencari informasi tentang transportasi yang cepat dan terjangkau dari Bekasi ke Kota Tua Jakarta yang berada di daerah Pinangsia, Jakarta Barat.
Dalam commuter line

Dari hasil browsing saya mendapatkan informasi jika dari Bekasi bisa menggunakan commuter line yang langsung ke Stasiun Jakarta Kota. Saya juga mendapatkan harga dan waktu keberangkatan commuter line dari Bekasi ke Jakarta Kota. Tarifnya membuat saya takjub yakni cuma Rp 4 ribu !
kartu commuter lie

Sedangkan dari Stasiun Jakarta Kota sendiri ke Kota Tua Jakarta tidak perlu menaiki angkutan, sebab stasiun itu sendiri sudah bagian dari kawasan Kota Tua dan cukup dilanjutkan dengan berjalan kaki ke pusat Kota Tua sekitar lima menit.

Mengingat kawasan Wisata Kota Tua Jakarta yang mulai buka pukul 9 pagi, saya merencanakan untuk check out dari hotel pukul 8 pagi, karena masih membutuhkan waktu juga dari hotel ke stasiun. Untuk itu saya juga mencari info tentang transportasi yang cepat ke Stasiun Bekasi dari hotel tempat saya menginap di kawasan Bekasi Barat.

Dari beberapa pilihan transportasi akhirnya saya memilih menggunakan angkutan online, supaya lebih cepat dan gampang memesannya. Dari aplikasi angkutan online tu saya mencoba melihat jarak dan biaya yang ternyata sangat murah, yakni cuma Rp 20 ribu dengan lama perjalanan 15 menit.

Tidak hanya itu, saya juga meriset tentang transportasi yang cepat dan gampang diakses dari kawasan Kota Tua ke Bandara Soekarno Hatta. Dari hasil browsing saya memutuskan untuk naik angkutan online karena lebih cepat daripada bus yang membutuhkan waktu lebih lama. Tarifnya berdasarkan percobaan di aplikasi sekitar Rp 75 ribu.

Tidak hanya tentang objek wisata dan transportasi saya juga melakukan riset tentang harga tiket masuk dan harga makanan di tempat makan di sana. Setelah mendapatkan informasi, saya tahu berapa biaya yang harus saya siapkan.

Mengenai tiket pesawat sudah diurus oleh instansi yang mengundang, namun mengingat saya akan berwisata sebentar di Kota Tua, saya sengaja meminta pesawat paling akhir pukul 5 sore. Kebetulan penerbangan dari Jakarta ke Tanjungpinang ada penerbangan sore, sehingga sangat mendukung rencana saya bisa lebih dahulu berwisata ke Kota Tua.

Kota Tua Jakarta yang Memesona dan Instagramable
Akhirnya hari H yang ditunggu datang juga. Setelah tuntas mengikuti pelatihan tiga hari di Bekasi, saya senang sekali bisa berwisata ke Kota Tua Jakarta. Saya mengajak seorang teman, Citra, untuk berwisata bareng saya dan ia setuju. Sebenarnya saya juga mengajak beberapa teman dari daerah lain, namun mereka menolak karena takut ketinggalan pesawat meski keberangkatan pesawat mereka juga sore.

Pagi hari, sesuai waktu yang sudah saya rencanakan, jam 8 pagi kami check out di hotel dan menunggu angkutan online yang sudah saya pesan. Ternyata memang sebentar sekitar 15 menit kami sudah sampai di Stasiun Bekasi. Kami membeli tiket sekali jalan dan ternyata agak antri dan kami naik commuter line sekitar pukul 9.30 wib.

Penumpang waktu itu tidak terlalu padat meski ada yang berdiri, mungkin karena bukan jam sibuk. Setelah melewati beberapa stasiun, communter line berhenti di Stasiun Jakarta Kota atau pemberhentian terakhir. Jarak tempuh kurang lebih sekitar 30 menit jarak antara Bekasi ke Stasiun Jakarta Kota menurut saya sangat sebentar dan tidak terasa.
Stasiun Jakarta Kota yang instagramable

Stasiun Jakarta Kota ini adalah bangunan tua namun masih kokoh dengan arsitektur khas bangunan tempo dulu. Saya terpesona dengan bangunan stasiun ini dan menyempatkan swafoto untuk diposting di media sosial.

Setelah itu kami keluar melalui pintu sebelah kanan dan kemudian menuju Museum Bank Mandiri sebagai tujuan pertama. Museum ini persis berada di sebelah stasiun. Cukup menyeberang jalan dan sampai. Sebelum masuk diwajibkan menitipkan barang bawaan di loker. Tiketnya sangat murah hanya Rp 5 ribu untuk umum. Untuk pelajar dan nasabah Bank Mandiri hanya Rp 2 ribu. Kemudian untuk turis mancanegara Rp 10 ribu. Museum ini buka setiap hari kecuali hari Senin mulai pukul 09.00- 15.30 WIB .
Salah satu sudut keren untuk berfoto

Dalam museum ini kami menelusuri ruangan pertama hingga akhir yang  menceritakan tentang sejarah Bank Mandiri, tentang sejarah bank pada masa zaman Belanda, tentang cara menabung, tentang perkebunan dan kaitannya dengan uang. Kemudian ada ruang pajang yang berkaitan dengan peralatan bank, seperti buku besar, alat hitung, stempel hingga brankas.
Swafoto dengan sepeda jaman dulu

Meski terkesan “jadul” museum ini mempunya sejumlah spot foto yang instagramable khususnya yang berlatar barang-barang yang sengaja dipajang sedemikian rupa, sehingga menciptakan keunikan tersendiri.
salah satu spot instagramable di museum bank mandiri

Dari Musem Bank Mandiri kami melanjutkan ke Museum Bank Indonesia yang letaknya bersebelahan. Dengan berjalan kaki sekitar 50 meter kami memasuki area museum yang berwarna putih itu. di Museum Bank Indonesia ini kami harus melewati pemeriksaan x-ray. Kemudian barang dititip di loker. Jika di Museum Bank Mandiri boleh membawa tas kecil, di sini tidak boleh. Hanya kamera dan Hp yang boleh dibawa.

Tiket masuk ke Museum Bank Indonesia juga Rp 5 ribu. Bangunan Museum Bank Indonesia ini lebih megah dari Museum Bank Mandiri. Gedungnya ala Belanda dengan langit-langit tinggi dengan cat putih terang. Dari awal menjejakan kaki di museum ini aura instagramablesudah sangat terasa !
Meseum Bank Indonesia yang instagramable sejak dari luar

Kami memulai dari sayap sebelah kanan, melewati ruangan demi ruangan yang menceritakan tentang kondisi negara Indonesia dari masa penjajahan. Ada diorama tentang perjuangan bangsa Indonesia yang dipercantik dengan lampu dan laser. Jadi di sini kamera HP dilarang menggunakan blitz.

Kemudian terus melewati ruangan yang menceritakan tentang kondisi ekonomi bangsa Indonesia, dari masa penjajahan hingga krisis moneter yang melanda negara ini. Semua diceritakan dalam bentuk diorama dan tv display. Penjelasan di Museum Bank Indonesia ini lebih canggih dan melibatkan teknologi digital dibanding Museum Bank Mandiri.
Tangganya juga tempat favorit swafoto

Kami juga memasuki ruang pajang uang dari masa ke masa, baik uang koin hingga uang kertas. Di museum ini saya baru mengetahui jika ada uang KR atau uang khusus Kepulauan Riau yang sengaja diterbitkan pada tahun 1963 untuk mengurangi pemakaian uang dollar himalaya. Kemudian setelah itu baru uang rupiah diberlakukan di Kepulauan Riau.
Ruang penyimpanan emas yang juga tempat yang keren berswafoto

Bisa dikatakan Museum Bank Indonesia juara banget untuk spot foto instagramble, karena banyak terdapat spot-spot foto yang keren dan bikin nagih terus berswafoto dengan berbagai gaya.
Salah satu sudut kece untuk berswafoto di Museum Bank Indonesia

Dari Museum Bank Indonesia kami melanjutkan ke alun-alun Kota Tua yang letaknya sekitar 500 meter dari Museum Bank Indonesia. Cukup berjalan sekitar 10 menit kemudian sudah sampai di alun-alun yang dikeliling sejumlah bangunan bersejarah, seperti Museum Wayang, Museum Fatahillah, Museum Keramik, Gedung Jasindo, Pos Indonesia dan bangunan tua lainnya bahkan ada yang dijadikan kafe.
kafe yang instagramable

Sepanjang jalan menuju alun alun ada seniman yang memajang karya mereka dalam bentuk lukisan dan kerajinan. Ada juga yang menjadi manusia berbalur cat emas dan none Belanda. Jika ingin berfoto cukup memberi uang seikhlasnya dengan mereka. Di sini tersedia juga sepeda ontel yang dilengkapi dengan topi warna warni.
Bangunan tua dan None Belanda salah satu favorit swafoto

Wow, saya berdecak kagum. Baru memasuki spot center Kota Tua Jakarta saja sudah instagramable banget. Bangunan tua yang menjadi kafe sangat cantik menjadi latar foto, sepeda ontel dan none Belanda juga objek yang menarik !

Kami memasuki Museum Fatahillah. Bangunan ini juga bangunan tua dengan display foto-foto tentang perjuangan Fatahillah atau Falatehan melawan Belanda. Foto perlengkapan perang juga dipajang di sini seperti tombak dan pedang.
Salah satu andalan gaya millenial saat berswafoto

Museum Fatahillah ini juga tempat yang instagramble untuk berswafoto. Bagian depannya menjadi favorit pengunjung. Begitu juga bagian belakangnya. Berbagai gaya tidak cukup diabadikan dari beberapa sudut. Pokoknya memesona banget.
Museum Fatahillah juga favorit untuk latar swafoto

Selanjutnya kami memasuki Museum Wayang. Di sini juga hanya dikenakan Rp 5 ribu untuk masuk. Museum Wayang ini juga bangunan lama yang terdapat di samping kiri alun alun atau lapangan Fatahillah. Untuk masuk kami juga hanya membayar Rp 5 ribu. Murah meriah banget untuk bisa melihat dan mengeksplore museum ini.

Museum ini ada dua lantai. Di sini dipajang berbagai wayang, baik wayang kulit dan wayang golek dari berbagai indonesia. Bahkan wayang wayang dari negara lain seperti Rusia. Ada juga dipajang alat-alat yang mendukung seni pertunjukan wayang.

Meski museum ini lebih kecil dari museum-museum sebelumnya yang kami masuki, tapi tetap saja memesona dan kami berswafoto di berbagai sudut yang keren ketika tampil di layer smartphone.

Jam menunjukan pukul dua. Berarti sudah lebih kurang 4 jam kami di sini. Tapi belum semua tempat dieksplore. Tapi ratusan foto sudah tersimpan di hp. Tidak kebayang jika semua kawasan kota tua kami eksplore. Mungkin bisa penuh memory card .

Saya dan Citra sepakat berpisah di Museum Wayang. Ia akan menuju tempat temannya karena harus menginap dua malam untuk suatu urusan. Rencana makan siang di sebuah kafe kami batalkan karena saya memutuskan makan di bandara untuk mengantisipasi macet dan telat sampai di sana.
Pusat informasi Kota Tua

Saya menuju bagian pusat informasi wisata Kota Tua Jakarta yang berada di salah satu sudut pintu keluar. Hal itu saya lakukan supaya mudah untuk menunggu angkutan online dan memberi tanda ke pengemudinya.

Sambil menunggu angkutan online saya mengamati sekeliling alun alun yang makin ramai pengunjung. Meski cuaca lumayan panas, tapi tetap saja ada yang menaiki sepeda ontel dan berswafoto di tengahnya. Banyak juga pedagang yang berjualan di pinggir jalan atau samping Museum Fatahillah. Untuk mengganjal perut, saya makan roti yang saya bawa dari hotel dan menumpang duduk di pos pusat informasi.

Akhirnya angkutan online yang berupa taksi berwarna biru itu datang dan melaju ke bandara. Lumayan macet namun saya tetap tenang karena sudah check in online. Dalam perjalanan sempat tertidur dan ternyata sudah sampai di terminal 2 sekitar pukul 15.30 sore.

Saya memutuskan untuk makan siang yang sudah telat di sebuah restoran fast food dan setelah itu masih sempat cuci mata di sejumlah toko. Pukul 16.30 saya menuju gate 4 menunggu pesawat dan pukul 17.00 pesawat datang.

Kekhawatiran teman dari daerah lain yang sebelumnya sempat saya ajak untuk berwisata singkat ke Kota Tua Jakarta ternyata tidak terjadi. Mereka khawatir ketinggalan pesawat. Padahal jadwalnya cuma beda 1,5 jam dari jadwal pesawat saya. Ternyata berwisata singkat di Jakarta juga bisa kok sambil memanfaatkan waktu sebelum ke bandara.

Bagi kamu yang ingin berwisata ke Kota Tua Jakarta gampang kok. Kawasan ini bisa dijangkau oleh kereta Jabodetabek dan turun di Stasiun Jakarta Kota. Rute mikrolet dan busway juga banyak melewati kawasan ini. Bagaimana, tertarik kan berwisata ke Kota Tua Jakarta ? tentu donk. Pokoknya murah meriah berwisata ke sini. 








Viewing all articles
Browse latest Browse all 692

Latest Images

Trending Articles