Beberapa kali melihat sejumlah ibu-ibu di sebuah grup yang saya ikuti curhat tentang asuransi yang tidak sesuai janji manis agen dan harapan mereka, jadi tertarik untuk menulis dengan tema seperti judul di atas. Tapi tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya dalam memilih jenis asuransi yang tepat sesuai kebutuhan dan keuangan keluarga saya. Jadi mohon maaf jika ada pembaca yang tidak setuju dengan tulisan saya yang murni untuk berbagi pengalaman dan tidak ada niat menyudutkan pihak manapun *tegakan bendera damai * :D
Seperti yang disampaikan oleh seorang member grup sebut saja namanya A yang kecewa berat karena uangnya yang disetor Rp 500 setiap bulan selama lima tahun, hanya akan kembali sekitar Rp 11 juta atau hanya 35 persen dari total uang yang sudah ia bayarkan kepada asuransi jenis unit link yang dikelola oleh sebuah bank.
Ibu A meradang karena ia merasa tertipu dengan janji manis costumer service yang merangkap agen asuransi di bank tersebut, yang mengatakan uangnya akan kembali 100 persen ketika kontrak 5 tahun habis. Tapi kenyatannya tidak sesuai yang diucapkan oleh agen tersebut.
Saya mengerti kondisi ibu A yang meradang dan kecewa berat karena sebagai ibu rumah tangga, saya tahu uang sebesar Rp 500 ribu jika ditabung tiap bulan dan tidak diambil selama 5 tahun tentu sudah terkumpul Rp 30 juta.Pengorbanan dengan hidup irit bin hemat harus dilakukan apalagi jika kondisi keuangan yang masih pas-pasan supaya bisa membayar asuransi sebesar itu setiap bulan.
Kondisi di atas tidak terjadi jika saya ibu A teliti dan mencari informasi tentang asuransi alias tidak hanya mengiyakan ketika ditawarin oleh sales atau CS di bank. Apalagi langsung tergiur dengan iming-iming yang akan diperoleh ketika membeli polis asuransi tersebut.
Seperti pengalaman saya ketika hendak membeli polis asuransi dan mendapatkan tawaran dari seorang teman. Saya mencari informasi melalui internet sehingga saya tahu jika asuransi itu ada yang bersifat murni dan ada yang bersifat unit link atau investasi.
Bahkan saya juga bertanya ke sejumlah konsultan keuangan melalui akun socmed *bukan agen asuransi lho ya *dan meminta pendapat tentang asuransi apa yang cocok untuk ibu rumah tangga seperti saya. Ternyata mereka menyarankan untuk mengambil asuransi murni atau term life, karena jika memilih asuransi yang ada investasi mending berinvestasi sendiri saja melalui berbagai pilihan, seperti reksadana, logam mulia, saham dll.
Bahkan salah seorang konsultan keuangan Ligwina Hananto dengan jelas dan terbuka menuliskan alasan mengapa tidak mau membeli asuransi unit link. Mata saya makin terbuka jika pilihan asuransi unit link bukanlah pilihan yang tepat untuk saya dengan penghasilan pas-pasan, karena seorang konsultan keuangan sekelas mba ligwina aja tidak mau beli :)
Kondisi di atas tidak terjadi jika saya ibu A teliti dan mencari informasi tentang asuransi alias tidak hanya mengiyakan ketika ditawarin oleh sales atau CS di bank. Apalagi langsung tergiur dengan iming-iming yang akan diperoleh ketika membeli polis asuransi tersebut.
Seperti pengalaman saya ketika hendak membeli polis asuransi dan mendapatkan tawaran dari seorang teman. Saya mencari informasi melalui internet sehingga saya tahu jika asuransi itu ada yang bersifat murni dan ada yang bersifat unit link atau investasi.
Bahkan saya juga bertanya ke sejumlah konsultan keuangan melalui akun socmed *bukan agen asuransi lho ya *dan meminta pendapat tentang asuransi apa yang cocok untuk ibu rumah tangga seperti saya. Ternyata mereka menyarankan untuk mengambil asuransi murni atau term life, karena jika memilih asuransi yang ada investasi mending berinvestasi sendiri saja melalui berbagai pilihan, seperti reksadana, logam mulia, saham dll.
Bahkan salah seorang konsultan keuangan Ligwina Hananto dengan jelas dan terbuka menuliskan alasan mengapa tidak mau membeli asuransi unit link. Mata saya makin terbuka jika pilihan asuransi unit link bukanlah pilihan yang tepat untuk saya dengan penghasilan pas-pasan, karena seorang konsultan keuangan sekelas mba ligwina aja tidak mau beli :)