Fitry (6 tahun), anak saya hobi banget menggambar. Tiap hari ia selalu menggambar, entah bangun tidur, pulang sekolah dan mau tidur. Jika sudah menggambar ia tidak mau diganggu, bahkan disuruh makanpun ia kadang enggan. Sepertinya ia punya dunia sendiri saat asyik menggambar.
Bisa dikatakan proses menggambar Fitry adalah otodidak atau alami. Saya tidak mengajarkan secara khusus ia menggambar apalagi mengikutsertakan dalam les khusus menggambar. Proses Fitry bisa menggambar dimulai sejak kecil sekitar usia 1 tahun ia sudah saya berikan pensil dan kertas. Dari situlah ia mulai tahu cara memegang pensil dan mencoret-coret meski cuma garis berupa benang kusut.
Kadang ia juga mencoret dinding rumah dengan garis-garis tak jelas Saya dan suami tidak pernah marah karena tahu ia sedang berekspresi. Paling jika rumah sudah penuh coretannya, suami akan mengecat dinding itu dan begitu seterusnya hehehe.
Hobi menggambar Fitry makin tersalur saat ia sering ikut ke kantor. Saat saya sibuk bekerja dia saya beri kertas dan pena. Ia mulai menggambar karakter kartun meski terlihat masih kasar. Tapi setiap dia pamer hasil gambarnya saya selalu memuji dan ia semakin semangat.
Proses menggambar Fitry semakin halus dan jelas bahkan ia sudah pandai mewarnai gambar itu sesuai aslinya. Ya, Fitry suka menggambar karakter kartun sesuai film yang sering ia tonton di tv atau youtube. Dibandingkan mewarnai, Fitry memang cenderung suka menggambar, karena itu ia tidak mau ikut lomba mewarnai karena menurutnya sudah ada gambar yang disediakan, padahal maunya ia menggambar sendiri dan baru diwarnai.
Ada yang menyuruh saya agar bakat alami Fitry diasah dengan dimasukan ke kursus menggambar. Tapi bagi saya hobi menggambarnya biarlah berproses dengan sendirinya. Karena sejak umur 1 tahun sampe 6 tahun kemajuannya jauh terlihat. Jadi saya tidak perlu memasukannya ke tempat kursus. Bagi saya hobi menggambar Fitry adalah kesenangannya yang tidak perlu dijadikan sumber untuk pencitraan orang tua melalui ajang lomba supaya dapat juara.
Saya ingin Fitry tumbuh dan berkembang mengembangkan bakatnya menggambarnya dengan serius berdasarkan keinginannya, bukan atas kemauan saya. Sejak sudah pandai menulis dan mengenal huruf, Fitry mulai membuat gambar seperti komik. Ia meminta saya menyebutkan huruf sesuai kalimat yang ia inginkan. Terkadang ia menceritakan gambar-gambarnya seperti membaca komik meski tidak ada tulisannya, yang jelas sudah ada temanya.
Kita lihat saja nanti, setelah bisa menulis dan membaca nanti apakah Fitry berhasil membuat sebuah komik ala dia. Tunggu saja ya…