Sejak kecil saya punya banyak teman berasal dari Medan. Padahal sebenarnya mereka itu berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara, namun kami secara umum menyebutnya orang Medan. Sama halnya orang lain menyebut kami orang Padang, padahal bisa saja berasal dari kabupaten lain di Sumatera Barat.
Teman-teman saya dari Sumatera Utara itu ada teman sekelas waktu duduk di bangku sekolah dasar (SD) ada yang tetangga dekat rumah, teman SMP, SMA, hingga sekarang adalah teman kerja, organisasi dan sahabat melalui sosial media. Bahkan mantan pacar saya dua orang berasal dari Sumatera Utara…uhuuukk !
Waktu SD saya punya teman akrab namanya Kristina. Dia merantau ke kampung saya di Padang ikut keluarganya. Kedua orang tuanya bekerja sebagai penjual pakaian keliling kampung. Kristina anak yang cantik, manis dan rapi.
Saya kurang tahu berapa persis jumlah saudaranya, yang jelas saya tahu dia punya abang dan adik. Kristina kecil anak yang selalu dipuji guru karena kerapiannya karena buku catatannya rapi banget. Bayangkan, anak kelas 4 SD bukunya rapi jali. Tulisannya rapi, bukunya bersih dan tidak ada coret moret. Beda banget dengan kami yang secara umum kurang memperhatikan hal itu.
Kristina yang baru pindah di kelas 4 SD mengaku senang tinggal di kampung saya. Kenapa ? karena airnya melimpah ruah. Sumurnya banyak air dan bersih. Sehingga ia sangat senang saat mencuci pakaian keluarga yang memang menjadi tanggungjawabnya. Ternyata tugas Kristina sama dengan sama, karena sejak kelas 2 SD saya sudah terbiasa mencuci pakaian anggota keluarga.
Waktu itu saya tidak terlalu menanggapi kebahagiaan Kristina tentang air di kampung kami yang melimpah ruah. Cuma saya agak bingung ketika Kristina bilang, kampungnya dekat Danau Toba susah air bersih. “ Masa tinggal dekat danau tapi susah air,” begitu pikiran anak-anak saya yang tidak terlalu peduli dengan penyebabnya.
Kristina terus menjadi sahabat saya hingga SMA, hingga kami berpisah karena ia balik ke Sumatera Utara untuk melanjutkan kuliah. Belum ada handphone apalagi sosial media hubungan komunikasi saya benar-benar terputus dengan Kristina. Saya rindu tapi tak tahu harus menelpon kemana.
Hingga suatu hari, saat saya sudah bekerja dan bertemu seorang teman SMA yang mengabarkan jika Kristina sudah meninggal dunia. Berita yang mengejutkan dan membuat saya syok. Tapi saya berusaha tidak percaya namun akhirnya harus percaya dan menerima. Kristina ternyata meninggal saat kuliah karena sakit. Kristina teman yang baik, cantik, rapi dan sangat toleransi semoga dapat kebahagiaan di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, Aamiin.
Hari ini kenangan tentang Kristina menguap kembali, ketika saya membaca tentang PT Suri Tani Pemuka (STP) anak perusahaan dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) menginisiasi pembangunan Filter Air Bersih di Danau Toba.
Andai Kristina masih hidup, mungkin dia akan menjadi salah seorang yang paling senang ketika mendapatkan fasilitas Filter Air Bersih ini oleh STP. Andai Kristina masih hidup dan kami berkomunikasi di sosial media, saya tentu akan menggoda dia dengan bilang begini “ cie…yang hobi mencuci makin semangat nih nyuci baju tiap hari. Sekarang sudah ada air bersih yang gampang didapat dari STP ”
Baiklah, saya harus ikhlas supaya sahabat saya yang baik itu tenang di sisi-NYA. Mari fokus dengan apa yang dilakukan PT STP terhadap warga di sekitar Danau Toba. Oh ya, PT Suri Tani Pemuka merupakan salah satu anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, yang terintegrasi di bidang budidaya perikanan, pengolahan, serta pakan ikan dan udang yang akan terus mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat, sesuai dengan visi perusahaan Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama.
Apa yang dilakukan oleh anak perusahaan dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA itu untuk mendukung Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih (KSNP-SPAM) Pemerintah.
Pembangunan Fiter Air Bersih Danau Toba telah dilakukan dan diresmikan di Tambun Raya. Direktur Corporate Affairs JAPFA, Rachmat Indrajaya, mengatakan, sebelumnya masyarakat Dusun Tiga Baru dan Dusun Sait Borno – Nagori Tambun Raya hanya dapat mengharapkan air dari mata air. Sedangkan mata air yang ada sering kali kering di musim kemarau dan cukup jauh dari tempat tinggal mereka.
“ Air Danau Toba adalah air kehidupan yang bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi filtrasi, air Danau Toba dapat dimanfaatkan untuk air minum,” ujarnya saat peresmian.
Ternyata berdasarkan data versi Wateraid (2016), Indonesia berada di peringkat ke-6 dari 10 negara atau sekitar 32 juta orang di Indonesia tidak memiliki akses air bersih, padahal keberadaan air bersih memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar. Kebersihan air ternyata tidak dapat dilihat dari permukaan saja, namun harus dipantau dari partikel terkecil hingga mencapai tahap aman untuk di konsumsi.
“Sistem filtrasi yang dibuat STP adalah Ultra Filtration Water Treatment, yang mana air Danau Toba melewati penyaringan berlapis untuk memastikan kualitas air yang dihasilkan stabil dan baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat,” jelas Rachmat.
Secara periodik, diperlukan pemeliharaan atas filter air ini agar selalu dapat bekerja dengan optimal. “Sample air hasil filter ini juga telah diuji di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan dinyatakan memenuhi syarat untuk air minum,” lanjut Rachmat.
Pangulu Nagori Tambun Raya Bitner Damanik mengaku sangat senang dengan adanya bantuan filter air bersih tersebut karena warganya tidak perlu lagi mencari mata air yang belum tentu terjamin kualitasnya untuk mencukupi kebutuhan air bersih mereka.
“Dengan memanfaatkan air dari Danau Toba kebutuhan warga akan air bersih dapat tercukupi, dan saya sangat berterima kasih kepada perusahaan yang sudah peduli akan kebutuhan air bersih warga kami dan membuktikan bahwa air Danau Toba layak menjadi bahan baku air minum,” pungkasnya.
Filter air bersih itu telah diserahterimakan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Fasilitas ini selanjutnya akan dikelola oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Acara serah terima juga dihadiri oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Dinas Lingkungan Hidup Kab Simalungun, Camat Pematang Sidamanik, Pangulu Nagori Tambun Raya, warga masyarakat sekitar dan juga perwakilan perusahaan.
Kegiatan lain yang dilakukan STP dalam mendukung kelestarian lingkungan adalah dengan berpartisipasi dalam kegiatan Gerakan Aksi Untuk Lingkungan (GAUL) Danau Toba, upaya penghijauan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba dengan luas 20 Ha dan 11.000 Pohon.
Selain itu STP juga mengadakan kegiatan dengan menyasar anak Sekolah Dasar, yakni dengan berkomitmen untuk mengajarkan anak-anak daerah sekitar untuk belajar Bahasa Inggris. Dalam kesempatan yang sama, pada saat peresmian, anak-anak dari SDN Tambun Raya, yang merupakan murid bimbingan belajar STP juga menampilkan kebolehannya menari dan bernyanyi dalam Bahasa Inggris.
Dalam segi sarana dan prasarana, STP telah membangun toilet di SDN Tambun Raya dan SDN Parbalohan. Alat-alat kebersihan sekolah juga diberikan guna menjalankan gerakan kebersihan sekolah sebagai bentuk kepedulian STP terhadap lingkungan dan kesehatan. Pembangunan jembatan sebagai salah satu akses jalan juga dilakukan untuk menyambungkan daerah Tambun Raya dengan Tigaras.