Sudah beberapa kali menonton trailernya dan penasaran sehingga saya harus menontonnya. Kemarin, Sabtu sore saya menonton sendiri karena bagi saya untuk kesenangan tidak perlu bergantung dengan orang lain. Jadi cuek aja nonton sendiri.
Film yang dibintangi oleh Krasinski dan Emily Blunt ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang tinggal di sebuah desa terpencil di dalam kota yang nyaris mati. Mereka setiap hari harus hidup dalam ketakutan, tidak boleh bersuara dan mengeluarkan bunyi. Karena jika ada suara dan bunyi, makhluk aneh yang buta namun sensitif suara akan menyerang dan membunuh mereka. Memang tidak digambarkan secara jelas asal makhluk aneh itu, yang jelas akan muncul saat ada suara dan bunyi.
Diawali dengan adegan kota mati. Rumah-rumah kosong, jalan lengang dan kendaraan yang berserak di pinggir jalan. Pokoknya sunyi, sepi dan hening. Dilanjutkan dengan adegan keluarga ini membeli atau tepatnya mengambil barang-barang si swalayan yang sudah tidak ada pelayan dan pembeli. Swalayan yang hanya meninggalkan barang-barang tanpa diurus.
Pasangan suami istri Lee dan Evelyn, punya tiga orang anak. Dua laki-laki dan perempuan. Mereka mengambil barang kebutuhan sehari-hari mereka. Semua harus dilakukan tanpa bersuara dan bunyi. Mereka berdialog dengan bahasa isyarat. Bahkan mereka tidak menggunakan alas kaki alias berjalan dengan kaki telanjang.
Ketika anak bungsunya ingin mainkan roket, sang ayah melarang karena itu akan menimbulkan bunyi dan membuat makhluk misterius datang. Awalnya si anak mematuhi, namun sang kakak perempuan memberikannya dengan mencabut baterainya.
Ketika mereka kembali ke rumah dengan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki, ternyata si anak bungsu mengambil baterai mainan roket. Saat di perjalanan tepatnya dekat sebuah jembatan, si anak yang berjalan paling belakang memasang baterai ke mainan roket dan memainkannya.
Suara mainan itu menyentak semua anggota keluarga. Apalagi sang ayah yang berjalan paling depan menggendong anak keduanya yang sedang sakit. Ayahnya berusaha meraih sang anak bungsu, namun terlambat karena makhluk misterius itu secepat kilat datang, menyambar tubuh mungil itu dan menghujam dengan kukunya sehingga terbelah.
Sebuah adegan di awal yang membuat saya sedih luar biasa. Bisa membayangkan rasa shock keluarga itu. Adegan selanjutnya adalah setahun kemudian, sang ibu kembali hamil dan sang ayah terus berusaha membuat system perlindungan supaya keluarganya aman dari makhluk itu. Bahkan ia mencari tahu kelemahan makhluk itu. Selain itu ia juga membuat alat bantu dengar anak pertamanya.
Anak keduanya, laki-laki masih punya trauma dengan adegan adik bungsunya yang dibunuh makhluk aneh itu. Sedangkan anak perempuannya selalu merasa bersalah karena ia berpikir akibat ia mengizinkan adiknya mengambil mainan roket sehingga ia terbunuh.
Sang ayah, Lee, selalu berusaha agar anak laki-lakinya untuk tidak takut. Namun harus berani dan bisa bekerjasama saat situasi buruk. Begitu juga sang ibu yang terus memberikan semangat agar ia bisa jadi anak laki-laki yang akan melindungi keluarga selain ayahnya.
Kandungan ibunya semakin besar dan suatu hari sang ayah mengajak anak laki-lakinya melakukan perjalanan mencari ikan di sungai. Dalam perjalanan pulang mereka nyaris celaka ketika ada sebuah keluarga lain yang diserang mahluk misterius itu.
Sementara di rumah, sang kakak yang kesal karena tidak diperbolehkan ikut dengan sang ayah dan adik lalu pergi ke kuburan adiknya di ujung jembatan. Ia berbaring di sana. Sedangkan sang ibu yang hamil besar sedang melakukan pekerjaan rumah tangga di ruang bawah tangga yang kedap suara.
Adegan menegangkan makin terasa di sini, ketika si ibu yang menaiki tangga menginjak paku dan kantong jemuran yang ia bawa terjatuh serta menimbulkan bunyi. Makhluk misterius itu langsung datang. Dalam kesakitan kaki yang ditusuk paku, ia berusaha bersembunyi dan mengalihkan perhatian makhluk itu dengan suara dari pengingat waktu. Ia berhasil mengalihkan perhatian makhluk itu.
Namun itu belum berakhir ketika ia mengalami mules melahirkan. Ia masuk ke dalam bathup sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat. Tapi terlebih dahulu ia menyalakan lampu merah sebagai tanda bahaya dan isyarat kepada suaminya yang sedang dalam perjalanan pulang.
Kebayang kan mencekamnya, saat rasa sakit melanda, kita tidak bisa mengeluarkan suara dan diintai oleh makhluk yang mematikan. Dramatis dan horror banget. Saat itulah sang ayah melihat symbol merah dan kemudian ia tahu harus melakukan apa.
Sang anak laki-laki diminta mengalihkan perhatian makhluk itu dengan membunyikan petasan yang sudah dipersiapkan. Sementara ia berlari ke rumah menolong sang istri. Suara dentuman petasan mengalihkan perhatian makhluk itu dan sang istri berteriak sekuat tenaga seiring bunyi petasan.
Adegan selanjutnya ketika sang suami harus mencari anak-anak mereka. Sementara sang istri dan bayinya sudah dipindahkan ke ruang bawah tanah. Anak-anak mereka yang bersembunyi di ladang jagung nyaris celaka ketika makhluk itu mendengar bunyi dari suara pintu tong pengumpul jagung yang roboh.
Mereka yang jatuh ke dalam tong dan dikejar makhluk itu bisa selamat ketika sang anak perempuan yang mempunya alat bantu dengar menekan alat itu dengan kuat sehingga menimbulkan gelombang radio dan membuat makhluk itu pergi.
Akhirnya sang ayah bertemu dengan keduanya anaknya di ladang jagung. Namun makhluk itu masih ada dan mereka terancam. Sang ayah menyuruh anak-anaknya bersembunyi di dalam mobil dan ia harus mengeluarkan suara agar makhluk itu memilihnya daripada anak-anaknya.
Adegan yang mengharu biru, ketika sang ayah dalam bahasa isyarat mengatakan ia mencintai anak-anaknya . Sumpah, sedih banget dan saya menangis melihat adegan ini apalagi ketika sang ayah dibunuh makhluk itu.
Spoiler ya….pokoknya fim ini bagus banget. Ayo nonton ke bioskop sebelum penasaran gimana bagusnya. Siapkan tisu ya hehehe.